Senin, 18 Februari 2008

Jalan-Jalan (Lagi) Ke Bali 2

Hari kedua di Bali diawali dengan menikmati sunrise di pantai Sanur. Dari hotel saya cuma tinggal keluar hotel sudah sampai di depan pantai. Habis subuh sekitar jam 5.30 WITA, banyak sekali wisatawan, terutama domestik yang mulai berdatangan menunggu saat sunrise di bibir pantai. Pagi itu, laut agak surut dan di langit sayangnya banyak terlihat awan yang lumayan mengganggu pemandangan. Kami mengambil banyak foto dengan latar belakang sunrise sebagai kenang-kenangan. Tidak ketinggalan merekam detik-detik munculnya sunrise dengan handycam.
Sesudah terbitnya matahari, suasana pantai berangsur-angsur sepi karena wisatawan banyak yang kembali menuju hotelnya masing-masing. Kamipun demikian, segera kembali ke kamar untuk sarapan pagi lalu check out. Untuk sarapan pagi itu, kami pilih nasi goreng daripada roti bakar, maklumlah perut orang Jawa, yang namanya makan ya harus nasi, kalau bukan nasi artinya belum makan, minumnya ada teh manis.




Sunrise di Sanur

Sebenarnya maksud hati ingin mencoba warung mak Beng Sanur yang terkenal dengan ikan goreng, sambal dan sup kepala ikannya itu, tapi sampai kami check out jam 8 pagi warungnya belum buka. Jadi saya tidak bisa memberikan info apapun. Doakan ya semoga ada rejeki dan kesempatan untuk mencobanya di lain waktu. Amin.

Setelah mengemas barang dari hotel, kami meluncur ke pantai Kuta. Di pantai ini, saya cuma duduk-duduk di tepi pantai, karena suasana masih sepi. Lagipula laut masih dingin meskipun sudah jam 9 pagi. Justru anak saya (umur 3,5 tahun) yang merengek-rengek minta diijinkan berenang.

Pantai Kuta masih menjadi tujuan wisata utama para turis baik manca ataupun domestik. Kalau kesana jangan lupa bawa sunblock biar kulit muka dan badan tidak kelihatan belang-belang terbakar matahari. Baju renang, baju ganti, tikar (kain panjang buat alas duduk), kamera dan handycam juga tidak boleh ketinggalan. Memang sih disana ada yang menyewakan tikar (Rp.10ribu/2 jam), tapi tikarnya kecil banget, cuma muat buat 2-3 orang dewasa.

Kalau mau pakai temporary tattoo juga ada pembuat tatto yang berkeliling menawarkan sambil membawa contoh gambar. Harga tergantung kesepakatan, untuk yang ukuran terkecil harga cuma 5 ribu, proses menggambar tatonya cepat banget, malah kayaknya lebih lama nawarnya daripada melukisnya. Juga ada penjual kaos, kain Bali, atau celana model Hawai. Jangan lupa selalu tawar dahulu sebelum membeli, harga kaos dan celana pendek 10-15ribu, kain sarung bali biasanya 20-25ribu.

Setelah puas di Kuta, kami menuju pasar seni Sukawati, berbelanja disana tetap pilihan yang menarik. Memang ada pasar Gowang yang juga menjual barang seni, tapi tetap saja lebih lengkap di Sukawati. Disini saya membeli 2 lukisan jalak Bali ukuran 80X135 cm dengan harga 125ribu/buah. Juga sebuah lukisan penari Bali berukuran 60X80 cm seharga 100ribu. Rencananya lukisan jalak Bali ditaruh di atas TV dan home theatre, sedangkan yang lain (penari Bali) di kamar tamu, satu lainnya dikasihkan buat ortu.

Berikut fotonya setelah dipasang :


Perjalanan dilanjutkan menuju Danau Beratan di Bedugul. Kami memang berencana menginap di hotel dekat danau terbesar kedua di Bali itu. Rute yang kami lewati memang lumayan jauh, dari Sukawati ke utara, sampai di Ubud ke arah Barat. Setelah melewati Sangeh dan Baturiti, sekitar 10 km sebelum Bedugul, kami singgah di Café Tahu cabang Baturiti. Cabang café Tahu di Bali ada 3 tempat, yang pertama di Jl. Petitenget Kerobokan, sedang yang kami kunjungi ada di Km.37 Baturiti, dari Denpasar ke arah Bedugul kira-kira sejam perjalanan. Café-nya ada di kiri jalan. Cabang satunya ada di Denpasar tapi dimana tepatnya aku lupa.

Café ini menyediakan aneka makanan serba tahu, meskipun juga ada sih ikan bakar dan ayam bakar dan makanan non tahu lainnya. Harga aneka masakan tahu rata-rata 7900 rupiah, cukup terjangkau. Saya pesan tahu gejrot dan tahu gimbal. Rasanya cukup lumayan juga makan makanan dari tahu di suasana hijau alam Baturiti yang cukup sejuk. Pengunjung bisa menempati gubuk-gubuk semacam saung/bale bengong dari kayu beratap jerami. Café ini buka mulai jam 11.00-22.00. Jangan lupa juga mencoba sambal matah yang sangat enak, bahkan lebih enak dibandingkan sambal terasinya. Harga sambelnya sangat murah, cuma 2500/porsi. Tapi rasanya maannn, mantab abis. Pelayanan sangat baik dan cukup cepat.

Rasa tahu yang enak itu katanya dari tahu hasil buatan sendiri yang menggunakan air hygienis. Juga menjual tahu mentah yang dikemas khusus. Saya tidak tahu apakah harga bahan baku kedelai yang melonjak gila-gilaan nanti akan mempengaruhi ukuran tahu yang disajikan.
Jam empat sore segera kami melanjutkan perjalanan ke Bedugul. Karena kalau tidak, bisa-bisa kami tidak bisa melakukan wisata air disana.
(Bersambung)

Tidak ada komentar: