Senin, 18 Februari 2008

Jalan-Jalan (Lagi) Ke Bali 3


Jarum jam menunjukkan pukul 16.15 WITA saat kami sampai di tepi Danau Beratan, Bedugul. Tiket masuk yang harus dibayar Rp. 7500/orang ditambah retribusi parkir untuk kendaraan roda empat sebesar Rp. 5ribu. Sayang sekali sesampai disana hampir semua wisata air sudah mulai berkemas-kemas akan tutup. Yang ada hanya keliling danau dengan menggunakan speedboat dengan tarif Rp. 120 ribu/boat dengan jumlah penumpang maksimal 5 orang dewasa. Padahal yang saya ingin lakukan bersama rombongan adalah parasailing (65ribu) dan jetski (125ribu/2 orang). Kecewa banget karena sebenarnya saya sudah menyiapkan semuanya. Mungkin karena kami terlalu lama makan dan bersantai di Cafe Tahu Baturiti, padahal wisata air di Bedugul mulai tutup jam 4 sore.

Karena tidak mau kecewa dan sekalian karena terlanjur kesana, maka diputuskan untuk menginap di Bedugul. Kebetulan diberitahu petugas di tempat pembelian tiket kalau ada hotel disitu. Kami disuruh masuk ke dalam restoran yang ada di tepi danau. Ternyata di atas restoran itu ada resepsionis yang melayani pengunjung yang ingin menginap di hotel mereka. Tidak adanya tulisan nama hotel sama sekali membuat kami sebelumnya sempat berkeliling mencari dimana letak hotelnya.

Harga kamar berkisar Rp.250ribu/kamar. Dapat diskon 30% jadinya hanya tinggal bayar Rp.175ribu. Menurut saya ini termasuk mahal dengan fasilitas hotel yang sangat standar. TV, bathtub, double bed,hot water, tanpa AC (lagian sapa juga mau pake AC di Bedugul, suhu normal saja berkisar 18-24 derajat Celcius alias dingin banget) dan dapat breakfast untuk 2 orang/kamar. Hotel terletak di lantai dua restoran tadi. Setelah melihat-lihat saya baru tahu bahwa ternyata tidak ada tamu yang lain alias kosong melompong. Untungnya kami dalam rombongan yang agak banyak sehingga tidak ada rasa khawatir terjadi apa-apa. Meskipun sedikit kecewa dengan fasilitas hotel yang minim tapi kemudian sedikit terobati saat kami mendapat kamar dengan view danau Beratan yang luas dilatarbelakangi oleh tingginya gunung menambah asri pemandangan. Hanya semakin senja semakin banyak kabut yang turun meliputi danau.

Bedugul merupakan kawasan wisata yang berada di ketinggian sekitar 1200 meter diatas permukaan laut, tak heran udaranya sangat sejuk pada siang hari dan dingin banget di malam hari. Selain danau Beratan di kawasan yang termasuk wilayah Kecamatan Sukasada Kabupaten Tabanan ini juga ada Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Bila dari arah utara (Singaraja) jaraknya lebih kurang 25 km ke arah selatan. Danau Beratan merupakan yang terluas dibandingkan dua danau lainnya dan dilengkapi sarana prasarana yang lebih lengkap daripada D. Buyan dan D. Tamblingan. Di D. Beratan ada perahu motor/speed boat dan bermacam-macam wisata air lainnya, sedangkan di danau lainnya hanya ada perahu dayung dan wisata memancing. Tetapi daya tarik utama danau Buyan dan danau Tamblingan memang suasana alamnya yang masih asri.

Suasana danau sore itu sudah mulai sepi, hanya beberapa toko yang menjual cinderamata khas Bali. Bedanya disini hampir semua toko sudah memberikan harga pas di setiap barang dagangannya. Ada juga penjual buah yang menawarkan salak, strawberi, tomat belanda, anggur hitam dan lain-lain. Ada juga minimarket yang menjual barang kebutuhan pribadi. Saat senja, semua toko tutup semua kecuali hotel tempat kami menginap. Ada beberapa wisatawan cewek dari Jakarta yang singgah, tapi hanya transit buat foto-foto di sekitar danau karena akan melanjutkan perjalanan ke pantai Lovina di Singaraja.

Dari tepi danau Beratan, kita dapat melihat dari kejauhan pura Ulun Danu yang terkenal itu. Bila kita berkeliling menggunakan speedboad kita bisa menikmati pura ini dari dekat. Ada juga masjid Besar di wilayah Candi Kuning yang bisa dilihat dari tepi danau, ternyata di wilayah ini banyak sekali warga pendatang dan muslim. Bahkan dari informasi yang saya dapat, di daerah Bedugul warga pendatang muslim termasuk mayoritas. Makanya untuk makanan halal sangat mudah ditemui disini. Hal ini terbukti saat habis Isya’ sekitar jam 8 malam saya naik untuk makan malam. Banyak sekali warung muslim yang menyajikan bermacam-macam makanan halal. Kami memilih sate kelinci, sate ayam dan gule kambing, harganya cukup murah, Rp. 9ribu/10 tusuk sudah termasuk nasi putih. Rasanya badan kami menjadi lebih hangat setelah makan malam dengan menu-menu tadi. Bagi anda yang suka masakan lombok juga ada rumah makan Taliwang Baru yang menyajikan ayam bakar taliwang, pelecing kangkung dan aneka makanan lombok lainnya yang tentu terjamin kehalalannya.

Setelah makan malam karena memang sudah capek banget kami habiskan malam itu dengan tidur pulas. Udara dingin danau Beratan yang menusuk tulang membuat selimut menjadi barang yang sangat berharga. Bahkan sopir saya tidur di kamarnya menggunakan baju 2 lapis ditambah jaket.

Besok paginya habis subuh udara dingin mencapai puncaknya. Bagi yang punya sakit asma dan kumat bila terkena udara dingin sangat tidak disarankan untuk menginap di Bedugul, soalnya kalau sewaktu-waktu kumat kan bisa berabe. Saat fajar menyingsing perlahan-lahan udara hangat mulai terasa. Meski begitu sewaktu mandi pagi kami menggunakan air hangat. Kegiatan di tepi danau dimulai sekitar jam 8 pagi, saat itu toko-toko mulai buka. Setelah breakfast di tepi danau yang sejuk kami langsung check-out, ini karena hari senin esok harus kembali bekerja, jadi sampai di rumah tidak boleh lebih dari jam 9 malam. Rencana parasailing dan jetski terpaksa saya buang jauh-jauh karena untuk menunggunya masih diperlukan waktu sejam lagi. Selamat tinggal Danau Beratan yang indah, semoga suatu saat nanti bisa kembali untuk menikimati wisata airmu.
Perjalanan pulang kami putuskan lewat Singaraja dengan pertimbangan lebih dekat daripada harus kembali menuju Denpasar. Dalam perjalanan pulang di Candi Kuning kami melewati Strawberry Stop! Yaitu semacam kafe yang menyediakan strawberry segar. Sebelumnya kita diperbolehkan untuk melihat-hat areal perkebunan strawberry yang ada di belakang kafe. Ada 2 sistem media penanaman, diatas tanah dan hidroponik. Khusus untuk sistem hidroponik diletakkan dalam suatu rumah tersendiri semacam rumahkaca/greenhouse. Saya sebelumnya pernah juga melihat perkebunan strawberry di wisata agro Kusuma Batu-Malang. Bedanya di Bedugul untuk melihat perkebunan tidak ada biaya tambahan. Setelah puas melihat bagaimana strawberry ditanam, kami menuju kafenya yang menyediakan bermacam-macam minuman dari strawberry. Diantaranya juice, milkshake, strawbery with honey/ice cream. Yang terakhir bukan minuman tapi potongan strawberry yang ditambah madu/es krim. Rasanya sungguh segar. Harga minuman sangat terjangkau, mulai 8ribu-15ribu.

Kita bisa juga membeli strawberry segar yang dikemas dalam wadah plastik dengan berat 1/4 kg, harganya 30ribu/kg. Strawberry disini sepertinya lebih bagus kualitasnya daripada yang dijual di pasar buah dekat danau. Akhirnya kami membeli 1,5 kg strawberry kemasan. Untuk menghasilkan strawberry juice yang enak dan segar seperti tadi katanya perlu 1/4 kg buah strawberry segar.
Sesudahnya saat jam 9 pagi kami langsung meneruskan perjalanan pulang ke rumah. Lalulintas biasa-biasa saja, mungkin karena bukan musim liburan. Di pelabuhan penyeberangan Gilimanuk juga tidak terlalu ramai bahkan tidak ada antrian sama sekali. Kami sempat singgah di Besuki untuk membeli buah siwalan dan “legen”, minuman yang terbuat dari nira pohon aren yang disadap. Minuman ini rasanya manis, tapi jangan terlalu lama disimpan dalam wadah tertutup karena bisa terjadi fermentasi yang membuat minuman jadi beralkohol. Segera buka tutup botolnya setelah dibeli untuk mempertahankan agar rasanya tetap manis dan simpanlah dalam lemari es karena lebih enak kalau diminum dingin.

Akhirnya selesai juga perjalanan ke Bali kali ini. Terimakasih buat mas Udin yang sudah nganter kita kemana-mana, nggak gampang ngantuk lagi, padahal penumpangnya nggak boleh kena AC sedikit saja maunya molor terus. Yang paling parah molornya siapa lagi kalau bukan (itu tuh) yang duduk sebelah sopir alias saya sendiri. Semoga nanti kita bisa disopirin lagi, tentunya dengan tujuan wisata yang lain dan lebih oke.

THE END

Tidak ada komentar: